Jebakan Rutinitas
Seperti lingkaran hulahop, pun lingkaran roda, begitulah
kiranya ketika melihat rutinitas terus menerus berotasi menyelimuti kehidupan
sehari-hari. Bermula dari pagi, banyak sekali orang-orang berbondong-bondong
menuju habitat kerja masing-masing. Ada yang menyambut pagi dengan berjalan
kaki, ada pula yang bergelut dengan sepeda motornya. Ada yang bermobil ria,
adapula yang berdesak-desakan dalam busway pun dalam kereta commuterline.
Mulailah mereka masuk kantor jam delapan pagi, menyapa
laptop yang tlah mati di malam hari. Sembari bekerja, menulis dokumen, membuka
email, menelusuri situs jual beli online, sesekali membuka sosmed ataupun situs
favorit. Kemudian, istirahat siang tanpa terduga telah datang jua. Berkerumun
para ahli ikhtiar menuju kantin, menuju tempat yang bisa melepas penat. Satu
jam istirahat tanpa terasa sudah berlalu dengan cepat. Setelah itu, para
pencari nafkah pun kembali dengan rutinitasnya tuk berjumpa dengan laptop
setia, tuk bersua dengan situs, sosmed, yang lupa mereka tutup karena melihat
jarum jam yang melambai-lambai membuat garis vertikal di angka dua belas tuk
membelah diameter arloji yang mereka pakai. Atmosfer kerja di siang hari
sangatlah berbeda dengan waktu dimana mentari masih menari-nari di ufuk timur.
Rasanya sangatlah bahagia ketika sang waktu tlah berjalan ke angka tiga dan
melihat kertas-kertas di meja dengan kerjaan pelan-pelan telah berkurang.
Detik-detik waktu berpulang akhirnya sampai pula pada waktunya.
Berbondong-bondonglah mereka menuju finger
print berada tuk menunjukkan bahwa hari itu mereka telah berjuang tuk
menyelesaikan amanah pekerjaaan yang ada.
Senja telah menyapa
mereka beserta kemacetan yang melanda sudut-sudut kota Jakarta. Raja siang tlah
berlalu, dan rembulan mulai menggantikan perannya tuk menyinari kehidupan
manusia yang terus berputar.
Putaran waktu rutinitas terus berotasi, seperti rotasi
manusia yang hanya ikut mengalir tanpa berfikir untuk maju. Adakah mereka sadar
bahwa hidup tak sekedar menjalani rutinitas, meskipun penulis pun terkadang sama
halnya. Namun, yang ingin penulis sampaikan adalah alangkah baiknya jika dalam
lingkaran rutinitas, ada suatu tangga impian untuk meningkatkan kualitas diri
tanpa terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Adalah hanya manusia yang mempunyai
mimpi yang bisa keluar dari lingkaran rutinitas yang membelenggu ini. Pemimpi
yang bukan sekedar bermimpi tetapi bangun dari mimpi untuk dijadikan
manifestasi. Karena pemimpi selalu menganggap setiap hari adalah hari yang
baru, the sun today is not same with the
sun yesterday.
Komentar
Posting Komentar