Mantra Kedua Puluh Tiga Bagi Penulis Pemula, Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi
Judul :
Mantra Kedua Puluh Tiga Bagi Penulis Pemula, Menerbitkan
Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi
Resume
Ke : 23
Gelombang :
28
Tanggal :
1 Maret 2023
Tema :
Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indi
Narasumber :
Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.
Moderator :
Nur Dwi Yanti, S.Pd
“Dan untukmu yang baru saja akan mulai menulis, selalu
ingat ini: menulis adalah terapi. Dan kita tidak perlu melakukannya agar
terlihat keren dihadapan orang lain atau berekspektasi punya buku yang diterbitkan penerbit besar” Fiersa Besari, Penulis dan Pemusik
Indonesia
***
Teras rumah ini tak begitu luas, hanya ada 4 kursi dan
satu meja dengan beberapa tumbuhan yang memperindah bagian ekteriornya. Di dinding
teras tampat terpampang kata-kata mutiara yang ditujukan pada pengunjung ketika
memasuki rumah penerbit indie.
Sebenarnya Damar bingung mau menyebutkan kantor
penerbitan indie, jika-dilihat lebih jauh tampak konsep kantor penerbitan ini
berbentuk rumah agar para crew sedang merasa di rumah ketika berada di sini.
Tampak Bu Dwi Yanti menyapa kami, beliau adalah public
relationship penerbitan indie ini. Damar dan Bu Yanti pun saling berbincang
sambil menunggu Pak Brian, CEO penerbit indie.
“Selamat siang, Bu Yanti. Saya Damar, maksud kedatangan
kami ke kantor penerbit indie ini adalah ingin mendapatkan pengalaman sekaligus
ilmu tentang dunia penerbitan indie. Soalnya saya masih penulis pemula, jadi ingin
tahu tentang seluk beluk penerbit indie,” tanya Damar penasaran.
“Selamat siang juga, Pak Damar. Menerbitkan buku di
penerbit indie atau independen dapat menjadi pilihan yang menarik jika para
sahabat ingin mengontrol proses penerbitan dan distribusi buku secara mandiri. Karena
ada banyak kemudahan bagi kita, jika melalui penerbit mayor tentu saja kita
harus siap menanti dan ada kriteria sehingga buku kita diterima dan masuk
kualifikasi di penerbit mayor. Namun, di penerbit indie, kita dapat mengajukan
secara individu atau kelompok dan mengontrol distribusi sesuai keinginan kita, jawab
Bu Yanti.
Baru sebentar berbincang dengan Bu Yanti, tampak
seorang pemuda dengan perawakan tinggi memakai kaos oblong berjalan menuju
teras. Beliau adalah Bapak Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd. atau biasa di
panggil Om Ian . Meskipun masih muda, beliau telah memiliki segudang prestasi
dan karya. Puluhan tulisannya sudah dimuat di berbagai media cetak. Sebagian
besar dimuat di Tabloid Bola, Harian Bola, Tabloid Soccer. Ada juga yang dimuat
di Harian Kompas, Kedaulatan Rakyat, Warta Kota, Media Indonesia, dan Majalah
Hidup.
Pak Brian pun menyilahkan Pak Damar untuk menikmati
kopi robusta dari pegunungan Magelang yang telah disediakan di meja tamu. Sambil
duduk di kursi teras dekan taman bunga yang dibawahnya terdapat beberapa ikan
koi, Pak Brian pun ikut berbincang tentang seluk beluk penerbit indie.
“Menerbitkan buku sekarang ini semakin mudah karena
ada penerbit indie yang menerima naskah tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit
indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang
ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Grasindo, Erlangga, Elex media,
Andi, dll.Penerbit mayor menerapkan seleksi naskah, sehingga belum tentu naskah
kita diterima.Memang itu dilakukan agar penerbit mayor mendapat naskah yang
benar-benar berkualitas dan diperkirakan akan laku dipasaran,” ucap Pak Brian mengawali
perbincangan.
“Kalau boleh tahu, sebagai penulis pamula kira-kira
apa untungnya menerbitkan di penerbit indie pak?” tanya Damar sambil menyeruput
kopinya.
“ Sebagai penulis pemula, penulis harus tahu
kapasitasnya karena tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk
bisa menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang mencoba mengirim naskah ke
beberapa penerbit hingga bisa diterima oleh suatu penerbit mayor. Penolakan
naskah menjadi makanan sehari-hari penulis. Ketika naskah diterima pun proses
penerbitannya sangat lama.” Ucap
Pak Brian.
Beliau pun melanjutkan penjelasannya tentang kelebihan
penerbit indie, “ Jika Pak Damar menerbitkan di penerbit indie, keuntungannya naskah
pasti diterbitkan, proses
penerbitan mudah dan cepat, karena
menerbitkan
di penerbit mayor bisa lebih dari setahun prosesnya. Namun kalau di penerbit Indie dalam
hitungan bulan saja,” ujar Pak Brian.
Selanjutnay Pak Brian pun menjelaskan tentang ciri—ciri
penerbit indie.
Beliau juga menambahkan bahwa bagi
penulis pemula tentu penerbit indie
menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang kalau di penerbit indie, kita perlu keluar
biaya-biaya untuk mendapat fasilitas
penerbitan, atau jika ingin cetak ulang.
Tapi
itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan
menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang
memuaskan.
Selanjutnya Pak Brian pun mencontohkan buku miliknya yang
telah diterbitkan di penerbit indie. Berikut adalah buku tersebut.
Buku Pertama Buku Blog Untuk
Guru Era 4.0
https://www.praszetyawan.com/2020/02/buku-blog-untuk-guru-era-40.html
Buku Kedua Aksi Literasi Guru
Masa Kini
https://www.praszetyawan.com/2020/06/buku-aksi-literasi-guru-masa-kini.html
Buku Ketiga
Menerjang Tantangan Menulis
Setiap Hari
https://www.praszetyawan.com/2020/10/buku-solo-terbaru-menerjang-tantangan.html
Pak Damar yang semakin tertarik tentang penerbitkan
buku indie, selanjutnya menanyakan cara menentukan atau memilih penerbit indie untuk
buku solonya.
“Wah, penjelasan Pak Brian sangat mantap. Kalau boleh
tahu, jika saya ingin menerbitkan buku di penerbit indie, bagaiamana cara
memilih atau penerbit yang sesuai dengan kebutuhan kita pak?” tanya Damar.
“ Penerbit Indie ada banyak. Silakan Pak Damar memilih
penerbit berdasarkan selera/kondisi masing-masing. Sebagai tips, berikut ini
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie yaitu biaya
penerbitan, fasilitas penerbitan yang di dapat penulis, batas maksimal jumlah
halaman, ketentuan dan biaya cetak ulang, apakah dapat master pdf, dan jumlah
buku yang didapat penulis,” jawab Pak Brian penuh semangat.
Kemudian Pak Brian pun menambahkan bahwa beliau sering
juga mendapat cerita kasus hambatan yang dialami peserta penulis pemula dalam
menerbitkan buku yaitu:
- biaya mahal
- biaya murah bahkan gratis diawal, namun jadi mahal
akhirnya
- ketidakjelasan nasib naskah setelah berbulan-bulan
- ketentuan berubah2 tidak sesuai dengan di awal.
- ada ketentuan yang tidak disampaikan di awal
Melihat kasus-kasus tersebut maka Pak Brian ingin
membantu penulis pemula memilihkan penerbit yang sudah terpercaya dengan harga
terjangkau dan mengawal sampai naskah terbit menjadi buku.
Biaya penerbitan cukup 400.000 saja. Penulis sudah dapat
2 buku. Beliau pun menyampaikan bahwa Biaya penerbit ini sangat terjangkau,
tidak perlu sampai jutaan rupiah. Lalu jumlah maksimal halaman sangat banyak
yaitu 280 hal A5. Jadi penulis pemula tidak kena biaya tambahan halaman
walaupun bukunya setebal 280 halaman A5. Kemudian yang terakhir penerbit ini
menjualkan buku terbitannya di tokopedia dan shopee
Di akhir percakapannya Pak Brian berpesan, “menerbitkan
buku perlu waktu untuk proses terbit. Bukan seperti fotokopi yang sehari jadi.Jadi
jangan minta ada deadline kapan buku harus terbit. Misalkan karena untuk
kenaikan pangkat, buku diminta agar terbit secepatnya.”
Damar pun sangat puas atas obrolannya dengan Pak Brian
ditemani juga dengan Bu Yanti. Ia pun sudah memantapkan pilihannya ke penerbit indie
mana yang akan dipilih untuk menerbitkan buku solo pertamanya. Ia pun
berpamitan ke Pak Brian.
Pak Afif, tulisannya sebagian gak bisa dibaca, tertutup gambar
BalasHapusTerimakasih bu, coba saya perbaiki dulu bu.
BalasHapusWah, Pak Afif tampil beda Resumenya. Bagusss
BalasHapusTerimakasih Bu Helny.
HapusPak Afif yg selalu memukau
BalasHapusPak Afif yang selalu keren
BalasHapusresume yang keren dan mantap
BalasHapusLengkap
BalasHapusWahh.....luar biasa ..tulisannya siap terbit jdi buku solo.
BalasHapusKeren banget pak Afif..
BalasHapusmantaap... Penerbit Indei memang mantra keramat dari Om Lan...
BalasHapusNice style.. menarik 🤩🤩
BalasHapusPak Afif kembali ke F1, gass!
BalasHapus