Mantra Kedua Puluh Enam Bagi Penulis Pemula, Menjadi Penulis Buku Mayor
Judul :
Mantra Kedua Puluh Enam Bagi Penulis Pemula, Menjadi Penulis Buku Mayor
Resume
Ke : 26
Gelombang :
28
Tanggal :
8 Maret 2023
Tema :
Manjadi Penulis Buku Mayor
Narasumber :
Joko Irawan Mumpuni
Moderator :
Raliyanti
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi
selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” – Pramoedya
Ananta Toer
***
Langit di malam pertengahan bulan Sya’ban memang
sangat istimewa. Bintang-bintang seakan tersenyum dengan sinar terangnya, bulan
purnama yang merona juga semakin melengkapi indahnya malam ini.
Air kelapa menggantikan kopi yang biasa
menemani Damar di kala malam. Sedikit biskuit pun tersaji di meja kerjanya. Sambil menikmati lantunan lagu dari Maher Zain, ia
menyimak materi Kelas Belajar Menulis Nusantara dari media sosial.
Adalah Bu Raliyanti yang bertindak sebagai
moderator, ia pun membuka kegiatan malam ini dengan penuh cinta sehingga membuat
acara semakin istimewa.
“Assalamu'alaikum Wr. Wb. Yang saya banggakan,
Bapak Ibu peserta kelas belajar menulis PGRI senusantara. Semoga bapak ibu
selalu dalam keadaan sehat wal'afiat dan tetap bersemangat untuk terus belajar.
Jumpa lg dgn saya, Raliyanti dari Tim Solid Omjay (TSO) yang insyaallah hingga
pukul 21.00 WIB akan menemani bapak ibu meraup ilmu baik dalam hal penulisan
dan juga penerbitan. Tentunya bapak ibu sudah merasakan banyak pengalaman
berharga dalam mengikuti kegiatan ini. Salah satunya bertemu teman-teman
sefrekuensi di seluruh nusantara. Dan harapan kami pada pertemuan ke-26
ini, nanti bukan hanya 30 resumenya saja yang publish di blog, namun semoga
bapak ibu jg sdh mencicil naskah tulisannya untuk diterbitkan menjadi buku solo,” ucap moderator.
“Bapak ibu hebat senusantara, tema pelatihan malam ini
benar2 sangat menarik, yaitu MENJADI PENULIS BUKU MAYOR. Tentunya
banyak yg ingin tahu tentang penerbit mayor dan bagaimana caranya agar naskah
kita bisa tembus ke sana.Dan di sini, KBMN PGRI menghadirkan seorang narasumber yang benar2
"mumpuni" bukan hanya namanya saja tapi juga pengetahuan dan
profesinya di bidang penerbitan khususnya penerbit mayor.Beliau adalah Bapak
Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau
juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku
bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP,” ujar moderator melanjutkan pembukaannya.
Selang beberapa waktu, Bapak Joko Irawan
Mumpuni pun menyapa peserta
kelas menulis di ruang chat group. Beliau pun membuka dengan salam dan
sedikit sambutan.
“Saya senang malam hari ini bisa bertemu dengan teman-teman semua di grup ini untuk dapat belajar
bersama-sama bagaimana dapat membuat tulisan yang berguna bagi siapapun yang
membacanya. Jadi pada malam hari ini
saya didaulat untuk berbagi pengalaman dalam acara: sharing malam hari ini,” ucap narasumber. “ Sebelum
pemaparan saya mulai, saya akan meluruskan dulu dari judul sharing kita malam
ini. Istilah BUKU MAYOR adalah kurang tepat, yang tepat adalah PENERBIT MAYOR. Setiap penulis mempunyai impian kalau
bukunya bisa diterbitkan oleh PENERBIT MAYOR. Tidak banyak jumlah PENERBIT MAYOR DI INDONESIA. Menjadi
penerbit mayor memiliki kriteria yang tidak mungkin dpt diraih dalam waktu pendek, tetapi bisa sampai puluhan
tahun. Syarat menjadi penerbit
mayor salah satunya adalah harus sudah memiliki judul terbitan buku puluhan
ribu judul dan tiap tahunnya harus menerbitkan ratusan judul secara konsisten.”
Setelah selesai menyapa peserta dan meluruskan
tentang Buku Mayor dan Penerbit Mayor, narasumber mulai menjelaskan tentang pengertian
penerbit. Bahwasannya penerbit adalah Industri kreatif yang didalamnya ada kolabarasi
insan2 kreatif : Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. Ini
adalah bagian dari industri kreatif penerbitan cetak, saat ini dan mendatang
akan bertambah insan2 kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan
perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0. yang
memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya2 kreatif.
Selanjutnya, narasumber memaparkan jenis-jenis
buku yang diterbitkan oleh penerbit. Jenis buku tersebut dibagi menjadi dua
kategori besar yaitu
buku buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer).
Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebut buku Perti
(perguruan tinggi). Buku Nonteks dibagi
dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi.
Narasumber juga menjelaskan tentang penghambat
tumbuhnya industri penerbitan di mana salah satu sebabnya adalah
rendahnya tingkat litersai dibanding negara lain sekawasan. Selain itu, kurangnya apresiasi hak cipta
dengan banyaknya pembajakan buku juga menjadi hal yang menghambat industri
buku.
“Selanjutnya kita akan segera masuk dalam bahasan bagaimana proses penerbitan mulai dari memasukan atau mengirimkan naskah buku ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar. inilah gambarnya,” ucap narasumber.
“Amati dulu ya! Setelah teman-teman
tahu proses bagaimana naskah buku dari awal sampai beredar dipasaran, kita
saatnya mengetahui Penerbit yang baik
dan Penerbit yang perlu diwaspadai,” ujar narasumber.
“Penerbit yang baik adalah penerbit yang memiliki
visi dan misi yang jelas, memiliki Bussines core lini produk tertentu, pengalaman
penerbit, jaringan pemasaran, memiliki percetakan sendiri, keberanian mencetak
jumlah eksemplar, dan kejujuran dalam pembayaran royalti. Sementara penerbit
yang yang harus diwaspadai adalah penerbit yang hanya bertindak sebagai broker
naskah, alamat tidak jelas, tidak ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik, tidak
memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri, tidak memiliki percetakan
sendiri, prosentase royalti tidak wajar, dan laporan keuangan tidak jelas,”
ujar narasumber menjelaskan dengan detail.
“Nah sekarang saya akan menjelaskan mengapa kita harus
menulis? Apa sih yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil
menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi,” ucap narasumber. “Penulis yang
berhasil menerbitkan buku secara profesional tentunya akan mendapatkan pengakuan
atas karya yang dihasilkan, peningkatan citra dan reputasi, pemasukan finansial,
pengalaman berharga, dan keberlangsungan karir penulis. Sekedar bocoran, ada
loh penulis kami yg secara rutin tiap 6 bulan
sekali menerima royalty sampai ratusan juta rupiah secara rutin,” ucap narasumber memberikan pengakuan
yang mengejutkan.
Selanjutnya narasumber memaparkan bahwa pertanyaan
besar yang sering muncul adalah apa kriteria agar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat
diterbitkan. Karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit
ANDI itu tiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 nasakah. Namun yang
diterima untuk diterbitkan hanya 50 Judul saja.
Di akhir kelas belajar, narasumber pun memberikan motivasi pada peserta dengan berujar, "Menulis itu tidak perlu persiapan, tidak ada syarat2 khusus. Maka mulai sekarang menulislah, karena salahpun masih bisa dikoreksi."
Bagus pak ACC ini buku solo
BalasHapusPak Afif inspirator saya bikin resum dlm bentuk cerpen. Nuhuuun pisan idemu gemilang.
BalasHapus