Mantra Kesepuluh Bagi Penulis Pemula, Kiat Menulis Cerita Fiksi
Judul : Mantra Kesepuluh Bagi Penulis Pemula, Kiat Menulis Cerita
Fiksi
Resume Ke : 10
Gelombang : 28
Tanggal : 30 Januari 2023
Tema : Kiat Menulis Cerita
Fiksi
Narasumber : Sudomo, S.Pt.
Moderator : Bambang Purwanto,
S.Kom. Gr.
Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku
menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di
kejauhan. Semakin lama kian mendekat. Aku pun mencoba untuk mencari sumber
suara itu dengan membuka telinga lebar-lebar. Dan apa yang kutakutkan dalam
pendakian gunung benar-benar terjadi. Aku melihat sosok kakek tua memakai baju
serba hitam dengan ikat kepala berwarna putih menggandeng anak kecil berkepala
botak dengan gigi taring yang runcing dan hanya mengenakan celana dalam
berjalan melewati jalur pendakian yang terkenal sebagai gunung pesugihan.
“Bambang, menurutmu bagaimana pembukaan cerpenku ini?”
tanya Damar sambil memberikan naskah cerpennya yang ada di dalam laptop pada
Bambang.
“Menurutku, pembukaannya masih klise. Hanya mencoba
untuk menemukan tokoh utama dengan dukun dan tuyulnya. Harusnya ada sedikit
sentuhan keterkaitan antar tokoh yang membuat pembaca penasaran dengan adegan
selanjutnya. Coba di adegan pertama ini, kemu ceritakan latar belakang tokoh
utama pergi ke gunung lalu bertemu dengan mbah dukun dan tuyulnya.” jawab
Bambang sambil menyeruput kopi yang ada di depan meja café Art Rock.
Damar pun mencoba untuk merevisi paragraf pembuka di
cerpennya sambil sesekali meminum kopi hitam yang ada di meja café. Ketika
Damar sedang asik mengetik cerita, tiba-tiba ada seorang yang ikut duduk di
sampingnya. Damar pun terkejut, melihat sosok berperawakan kurus dengan
mengenakan topi flatcap ala sutradara film dan mengenakan kaos berwana hitam
dengan gambar Chairil Anwar. Ia adalah Pak Momo, seorang pengajar dan penulis fiksi.
“Sugeng rawuh, Pak Momo!” ucap Damar dengan tersenyum
sambil menyenggol Bambang untuk menyambut Pak Momo.
Pak Momo pun membalas senyuman Damar dan menceritakan
perihal kedatanganya ke Art Rock café untuk bertemu dengan teman-temannya yang
tergabung dalam komunitas Pelangi Sastra. Sambil menunggu teman-temannya
datang, ia pun mulai berbincang dengan Damar.
“Mas Damar sedang menulis apa?” tanya Pak Momo.
“Menulis cerpen pak!” Jawab Damar.
“Bagus, saya suka dengan guru yang hobi menulis fiksi.
Karena dengan menulis fiksi, seorang guru bisa menyuarakan isi hatinya melalui
tokoh-tokoh dalam cerita, bisa menjadi tambahan poin dan koin, terutama jika
tulisan itu dikumpulkan menjadi sebuah buku. Selain itu, cerita fiksi juga bisa
menjadi media pembelajaran alternatif yang menyenangkan bagi murid terutama pengembangan
karakter dan materi pengayaan.” ucap Pak Momo.
“Tapi tulisan saya masih belum memuaskan, Pak! Masih
banyak koreksian sani-sini! Sebenarnya bagaimana sih agar bisa menulis fiksi
dengan baik pak?” tanya Damar penasaran.
“ Caranya mudah, yang paling utama adalah harus ada
komitmen dan niat atau motivasi yang kuat untuk menulis, baik di blog maupun
kompetisi. Selain itu ada kemauan untuk melakukan riset dengan membaca teks
fiksi orang lain. Lalu, kamu juga bisa mempelajari EYD dan memahami dasar-dasar
menulis fiksi” ucap Pak Momo sambil meminum kopi vanilla latte yang sudah
dipesannya.
“Dasar-dasar menulis fiksi itu termasuk jenis
penulisan fiksi dan unsur-unsurnya ya pak?” tanya Damar.
“Betul, kalau dilihat dari jenisnya. Ada banyak jenis
penulisan fiksi,seperti fiksimini, flashfiction, pentigraf, cerpen, dan novel.
Kalau dilihat dari unsurnya, teks fiksi memiliki beberapa unsur yaitu tema,
premis, tokoh, alur, penokohan, latar, sudut pandang dan premis.” jawab Pak
Momo.
“Oh, iya Pak! Tadi ketika menulis saya agak kesusahan
mau melanjutkan cerita, terus saya sempat berhenti mengetik karena tidak ada
ide lagi. Kira-kira bagaimana mengatasi hal itu, Pak?” tanya Damar dengan
menampakkan wajah serius.
“Masalah seperti itu biasanya terjadi ketika kita
tidak membuat outline atau kerangka cerita. Padahal outline itu sangat penting,
loh! Coba Damar kalau bercerita bisa membuat outline dengan cara menyusun unsur-unsur pembangun cerita fiksi,
menentukan tema agar pembaca mengerti lingkup cerita kita, membuat premis
sesuai tema, menentukan alur dan penokohan yang kuat, menentukan latar yang
detail dan eksotis, kemudian menentukan sudut penceritaan yang unik.” Jawab Pak
Momo.
“ Wah, mantap penjelasannya, Pak! Sebenarnya tadi saya
juga sempat bingung untuk berimajinasi menentukan alur cerita. Kira-kira adakah
cara agar daya imajinasi bisa berjalan optimal untuk menulis cerita fiksi?”
tanya Damar.
“Kalau masalah daya
imajinasi, sebenarnya bisa dilatih dengan terus konsisten menulis. Konsistensi
ini akan membuat seorang penulis terbiasa nyaman menulis dalam kondisi apa pun.
Sementara, untuk menentukan alur bisa dilakukan dengan memilih alur. Mau alur
maju apa mundur. Selain itu, kamu juga harus memahami unsur-unsur plpt yang
meliputi pengenalan cerita, awal
konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks, penyelesaian/ending.” Jawab Pak
Momo.
Damar dan Pak Momo pun larut dalam pembahasan cerita
fiksi sambil menikmati hidangan pisang coklat dan roti bakar yang di pesan. Lalu
Pak Momo yang tertarik dengan cerpen yang dibuat Damar pun bertanya padanya.
“ Nah, berhubung tadi sudah saya jelaskan tentang
unsur-unsur pembangun cerita dan juga cara pembuatan outline. Coba sekarang
jelaskan apakah unsur-unsur penulisan fiksi sudah ada di cerpenmu? Nanti saya
koreksi kalau ada yang kurang.” pinta Pak Momo pada Damar yang terlihat bak guru
dengan muridnya.
“Unsur pembangun cerita saya bertema petualangan horor yang mana premis
ceritanya adalah petualangan seorang mahasiswa ilmu kehutanan alumni pesantren yang
mendaki gunung untuk meneliti tumbuhan, namun di tengah perjalanan dia mendapatkan
rintangan dari dunia lain yang harus diselesaikan. Nah, di dalamnya nanti ada
tokoh utama yaitu mahasiswa dan tokoh pendukungnya adalah dukun, tuyul, warga lokal
dan warga luar kota yang ingin meminta pesugihan. Terus penokohan atau
karakternya, untuk mahasiswa ini memiliki karakter yang baik, pemberani, dan selalu
ingin tau. Lalu cerita ini latar tempatnya di gunung, latar waktunya ketika musim
hujan dan alur ceritanya maju. Untuk sudut pandang, saya menggunakan sudut
pandang orang ketiga.” jawab Damar dengan penuh semangat.
“Sebenarnya, secara keseluruhan unsur-unsur fiksinya
sudah lengkap, tapi ada beberapa detail yang perlu ditambahkan seperti dalam
menciptakan tokoh, berilah penjelasan selangkah demi selangkah terkait detail
karakter, sifat, watak dengan metode show don't tell. Lalu gambarkan tokoh
melalui gaya bahasa, lingkungan tokoh, perilaku. Kemudian tambahkan bumbu
berupa konflik, hambatan/tantangan yang dihadapi tokoh. Kalau bisa di akhir
cerita nanti diberi plot twist agar ceritanya tidak mudah ditebak pembaca. Ke” ujar
Pak Momo.
“ Siap, Pak!” jawab Damar dengan penuh semangat.
Damar yang ditemani Bambang dan juga Pak Momo sangat menikmati obrolan tentang
menulis cerita fiksi di teras Art Rock café sambil mendengarkan alunan lagu
yang dinyanyikan oleh musisi indie kota Malang. Damar bersyukur karena obrolan bersama
dengan Pak Momo bisa menambah wawasannya dalam menulis cerita fiksi.
Komentar
Posting Komentar