Mantra Ketiga Belas Bagi Penulis Pemula, Pantun dan Kaidahnya
Judul :
Mantra Ketiga Belas Bagi Penulis Pemula, Pantun dan Kaidahnya
Resume Ke : 13
Gelombang : 28
Tanggal :
6 februari 2023
Tema :
Pantun dan Kaidahnya
Narasumber : Miftahul Hadi, S.Pd.
Moderator : Dail Ma’ruf,
M.Pd.
Bel istirahat telah berbunyai.
Siswa Madrasah Aliyah Bustanul Ilmu bergegas memasuki ruang kelas. Beberapa dari
mereka ada yang sedang asik membaca koran Jawa Pos. Maklum, kelas XI IPA 1
memang sudah langganan koran ini sejak mereka menginjak kelas X. Alasan mereka
berlangganan koran karena di sekolah tidak boleh membawa handphone. Sehingga dengan
adanya koran bisa membuat wawasan akan berita lebih terupdate.
Zidan sudah tak sabar menunggu
guru bahasa Indonesia memasuki kelas. Sambil menunggu gurunya, ia pun
melanjutkan untuk membaca buku Harry Potter Volume 4 tentang The Prissoner
of Azkaban. Namun ketika baru membaca beberapa lembar, terdengar suara
salam dari depan kelas.
“Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.” Salam Pak Miftah membuka kelas.
Kemudian serentak anak-anak
menjawab salam dari guru tersebut. Pak Miftah selanjutnya membuka kelas dengan
pantun.
Buah durian buah apokat,
Enak dimakan terasa di lidah,
Siswa kelas ini ayolah
semangat,
Belajar pantun bersama bapak
Miftah.
Serentak anak-anak bertepuk
tangan atas pantun yang diucapkan oleh Pak Miftah.
Pembuakaan pantun dari Pak
Miftah membuat anak-anak bisa menebak bahwa hari ini mereka akan belajar
pantun. Kerena benar sekali, setelah membuka kelas dengan pantun. Pak Miftah
mulai memaparkan materi tentang pantun di kelas.
“ Anak-anak, pantun adalah
termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris
pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut
dengan maksud atau isi. Pantun juga memiliki ciri-ciri berupa satu bait terdiri
atas empat baris, satu baris terdiri atas empat sampai lima kata. Satu baris
terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata dan Bersajak a-b-a-b. Baris
pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang lalu baris ketiga dan keempat
disebut isi atau maksud ” ucap Pak Miftah.
Zidan yang tertarik pantun
bertanya kepada Pak Miftah tentang kegunaan dan manfaat pantun.
“ Kegunaan pantun adalah untuk
komunikasi sehari-hari, sambutan dalam pidato, menyatakan perasaan, lirik lagu,
perkenalan, dan berceramah/dakwah. Adapun manfaat pantun adalah sebagai alat
pemelihara bahasa, penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun
juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Secara
sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat. Pantun menunjukkan kecepatan
seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara
umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.” jawab Pak
Miftah.
Saiful yang dari tadi
mendengarkan Pak Miftah tertarik untuk bisa menulis pantun. Ia pun menanyakan
cara menulis pantun sambil mengangkat tangannya.
“Iya, silahkan Saiful mau
bertanya apa?” ucap Pak Miftah.
“Bagaimana cara menulis pantun
yang baik dan benar pak?” tanya Saiful dengan penuh antusias.
“Cara menulis pantun adalah
dengan memahami kaidah/ciri pantun, menguasai perbendaharaan kata, menulis isi
pantun, dan menulis sampiran pantun.” Jawab Pak Miftah.
“Maksudnya memahami kaidah
pantun, bagaimana pak?” tanya Saiful kembali.
Pak Miftah pun menjelaskan
dengan memberikan contoh pantun yang ditulisnya di papan tulis.
Memotong rebung pokok kuini,
Menanam talas akar seruntun,
Mari bergabung di malam ini,
Bersama kelas menulis pantun.
“ Perhatikan pantun di papan
tulis ini! Pantun ini terdiri atas empat baris. Baris pertama terdiri atas
empat kata, baris kedua terdiri atas empat kata, baris ketiga terdiri atas
empat kata, baris keempat terdiri atas empat kata. Baris pertama terdiri atas
sepuluh suku kata, baris kedua terdiri atas sepuluh suku kata, baris ketiga
terdiri atas sepuluh suku kata, baris keempat terdiri atas sepuluh suku kata.” Jawab
Pak Miftah.
Zidan yang masih penasaran
dengan keunikan rima yang ada di pantun mengangkat tangan untuk bertanya.
“Pak Miftah, saya tertarik
dengan rima pantun. Mohon penjelasanya tentang jenis-jenis rima atau sajak pantun!”
pinta Zidan.
Pak Miftah dengan senang hati
menjelaskan pada Zidan tentang jenis sajak atau pantun yang memiliki rima
akhir, rima tengah dan akhir, dan juga rima lengkap.
1. Rima
akhir
Pohon nangka
dililit benalu,
Benalu
runtuhkan batu bata,
Mari kita
waspada selalu,
Virus
corona di sekitar kita.
2. Rima
tengah dan akhir
Susun
sejajar bungalah bakung,
Terbang
menepi si burung elang,
Merdeka
belajar marilah dukung,
Wujud
mimpi Indonesia cemerlang.
3. Rima
awal, tengah dan akhir
Jangan
dipetik si daun sirih,
Jika
tidak dengan gagangnya,
Jangan
diusik orang berkasih,
Jika
tidak dengan sayangnya.
4. Rima
lengkap
Bagai
patah tak tumbuh lagi,
Rebah
sudah selasih di taman,
Bagai
sudah tak suluh lagi,
Patah
sudah kasih idaman.
Setelah selesai memberikan penjelasan
tentang pantun. Pak Miftah pun meminta kepada murid di kelas XII IPA 1 untuk
mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan. Murid-murid di kelas dengan
senang hati mengerjakan tugas yang diberikan olah Pak Miftah karena mereka
sudah memahami pantun dengan baik.
Komentar
Posting Komentar